Dongeng ini sebenernya tuh udah lama banget dibuatnya, kalo ga salah waktu aku kelas dua SMA dah. Kemaren ga sengaja nemu file dongeng ini di laptop, pas dibaca lagi lucu juga ceritanya. Ga nyangka zaman dulu masih suka ngedongeng -____-. Cerita sedikit ya, waktu aku SMA itu jumlah murid yang ada di asramanya ada 64 orang. Dan dalam dongeng ini, aku maksa banget buat masukin nama mereka satu-satu. Kebayang ga gimana ribetnya T__T
Pengen baca ga guys? Langsung aje. Chekidot .......
Pada zaman dahulu kala di sebuah negara yang bernama Kusmansa,
berdirilah sebuah kerajaan yang sangat megah dan indah. Kerajaan itu
bernama kerajaan Kadabra. Kerajaan Kadabra diperintah oleh seorang raja
yang sangat arif bijaksana dan berhati mulia yang bernama Raja Muhammad
Riqqo Khadafi bersama istrinya yang elok rupanya serta berhati bak
seorang bidadari yang bernama Ratu Bella Fista. Raja dan ratu
dikaruniani delapan orang putra. Mereka adalah Pangeran Dede Pramayudha,
Pangeran Memo Yuti Irawan, Pangeran Danu Galang Pratama, Pangeran Ghozy
Hibatullah, Pangeran Faturrachman, Pangeran Muhammad Iqbal Arrafi’i,
Pangeran Muhammad Teddy Kantori, dan Pangeran Muhammad Raffiudin. Di
istana tersebut juga tinggal adik raja yang bernama Raja Naufal Falah
Fadlurrahman bersama istrinya Ratu Katlya Setiodini.
Pada suatu
hari sang ratu sakit keras. Mengetahui kondisi sang ratu yang semakin
hari semakin memburuk, sang raja dan kedelapan puteranya pun
kebingungan. Ditengah kebingungan tersebut, sang raja pun lalu
menghampiri si penasehat kerajaan yaitu Nurul Qomariah untuk meminta
solusi atas masalah yang menimpa kerajaan mereka. Si penasehat kerajaan
lalu menyarankan sang raja untuk memanggil beberapa tabib yang terkenal
di negara Kusmansa untuk mencoba mengobati penyakit yang diderita sang
ratu. Usulan dari si penasihat kerajaan itu pun lalu diterima oleh sang
raja. Lalu, sang raja pun menyuruh kedelapan puteranya untuk mencarikan
tabib-tabib yang terkenal di negara Kusmansa.
Akhirnya,
didatangkanlah tujuh orang tabib yang dipercaya dapat menyembuhkan
penyakit sang ratu. Kedelapan tabib tersebut adalah Muhammad Boby
Pratama, Rajesta Fahru Wardana, Paksi Adnan Fauzi, Fauzan Nugroho
Prakoso, Achmad Aziizudin, Wahyu Carlin, dan Ghazi Muhammad Naufali
Syarif. Namun, dari ketujuh tabib tersebut, tak satupun yang dapat
menyembuhkan penyakit dari sang ratu. Raja dan kedelapan puteranya pun
lalu berusaha mencari cara yang lain untuk dapat menyembuhkan penyakit
sang ratu.
Malam harinya, sang raja bermimpi bertemu dengan
seorang nenek-nenek tua yang sedang mencari kayu bakar di hutan.
Nenek-nenek tua tersebut bernama Yani Kusumawati. Dalam mimpinya, si
nenek-nenek tua tersebut memberikan solusi atas masalah yang sedang
menimpa kerajaan Kadabra. Nenek tua tersebut mengatakan bahwa penyakit
sang ratu dapat disembuhkan hanya dengan meminum air B.U yang terdapat
di puncak topas. Namun, untuk mencapai puncak topas tersebut banyak
hambatan yang harus dihadapi termasuk harus melewati hutan terlarang,
hutan yang dipercaya paling angker di negara Kusmansa.
Besoknya,
sang raja menceritakan mimpinya semalam kepada si penasihat kerajaan.
Menurut si penasihat kerajaan, mimpi tersebut adalah sebuah petunjuk
dari-Nya untuk menyembuhkan penyakit sang ratu. Dan menurut si penasihat
kerajaan, yang harus melaksanakan tugas untuk mencari air B.U tersebut
di topas adalah kedelapan putera sang raja, sedangkan sang raja dan
keempat dayangnya yang bernama Yusi Rimondayani, Dipranastri Widyawati,
Falen Putri Ani dan Rahmawati , serta paman dan bibi dari kedelapan
pangeran tersebut menjaga sang ratu yang sedang sakit. Usulan dari si
penasihat kerajaan tersebut langsung diiyakan oleh sang raja.
Tiga
hari kemudian, kedelapan pangeran pun berkelana mencari air B.U yang
berada di puncak topas. Ketika mereka tiba di bibir hutan terlarang,
timbul perasaan takut dari benak mereka. Namun, salah satu dari mereka
berusaha untuk meyakinkan hati mereka kalau mereka tidak boleh takut,
mereka harus berani dan mereka harus bisa membawa air B.U tersebut untuk
ibunda mereka yang sedang sakit di kerajaan. Akhirnya, mereka pun masuk
dan menusuri hutan yang terkenal angker tersebut.
Suara burung
hantu terdengar gaduh ditelinga. Namun mereka tak menghiraukan nya.
Beberapa menit pertama tak terjadi apapun, namun pada menit berikutnya
terdengar suara cekikikan dua orang perempuan yang memekikkan telinga.
Dan tak lama kemudian, muncullah dua orang penyihir dengan menggunakan
sapu terbang ke kehadapan mereka. Kedua penyihir tersebut mengenakan
jubah panjang berwarna hitam dan merah. Si penyihir yang mengenakan
jubah berwarna hitam bernama Prasasti Anggun, dan yang menggunakan jubah
berwarna merah berwarna Dini Abella Febiyan.
“Mau kemana kalian, wahai pangeran-pangeran tampan, hikikikikkkkkkkk?” Tanya si penyihir berjubah hitam sambil tertawa ngikik.
“Kami
mau mencari air B.U yang terdapat di puncak topas. Maka, sudilah kalian
berdua memberikan jalan kepada kami untuk melanjutkan perjalanan kami
ini.” Jawab salah satu diantara kedelapan pangeran tersebut.
“Ooo..
Tidak bisa, ada sebuah syarat yang harus kalian penuhi terlebih dahulu
sebelum kalian kami persilahkan melewati jalan ini,” ucap si penyihir
berjubah merah.
“Apa itu? Katakanlah..” ucap salah satu pangeran.
Si penyihir berjubah hitam dan berjubah merah lalu terlihat sedang berunding sebentar.
“Baiklah,
syaratnya adalah kalian harus mencari seekor burung beo yang bersayap
emas di hutan ini. Tangkap burung beo tersebut dan bawa kemari,” ucap si
penyihir berjubah merah.
“Dimana kami bisa menemukan burung beo
bersayap emas di hutan ini? Sedangkan kalian berdua tahu sendiri kan
betapa luasnya hutan ini.. “ ucap salah satu pangeran.
“Burung beo
bersayap emas itu tinggal bersama tujuh orang wanita pemintal benang
yang tinggal di balik bukit itu (menunjuk ke sebuah bukit yang terdapat
di hutan tersebut). Ketujuh wanita pemintal benang tersebut bernama
Witra Yuana, Hikmah Hersela, Anisyaq Zylvanne, Awanda Pratiwi
Naulandari, Wulan Puspita, Della Olivia, dan Aulia Varatasya. Hati-hati
ketika kalian mengambil burung beo tersebut, karena ibu mereka yang
bernama Asfaraeni Rahmah adalah seorang tukang sihir. Kelabuilah mereka,
agar kalian bisa melarikan diri dengan selamat,” ucap si penyihir
berjubah hitam.
“Baiklah, kami mengerti” ucap dari salah satu pangeran.
Kedelapan
pangeran itu lalu pergi menuju ke sebuah bukit yang berada tepat
dibelakang mereka dan berjalan kebaliknya. Dan benarlah, di balik bukit
tersebut terdapat sebuah gubuk tua yang di halaman depan gubuk tersebut
terdapat seorang gadis yang sedang memintal sebuah benang dan disebelah
gadis tersebut terdapat sebuah sangkar burung dan burung beo bersayap
emas itu berada di dalamnya. Kedelapan pangeran tersebut lalu berunding
sebentar. Merasa telah menemukan cara untuk mengambil burung beo
tersebut, kedelapan pangeran itu pun lalu menjalankan rencana mereka.
Namun sayang, rencana mereka itu pun lalu diketahui oleh ibu dari ketujuh wanita pemintal benang, si penyihir.
“Lancang
sekali kalian ingin mencuri burung beo kesayanganku, kalian semua ingin
cari mati!!” terdengar suara yang sangat keras sekali dari mulut si
penyihir itu.
“Ampuni kami penyihir. Kami tak bermaksud mencuri burung beo ini,”
“Siapa yang menyuruh kalian mencuri burung beo kesayanganku ini? Haaa!!!” Tanya si penyihir itu lagi.
“Si penyihir berjubah merah dan berjubah hitam. Maafkan kami..”
“Kurang ajar, jadi mereka yang menyuruh kalian?”
“Iya penyihir”
“Apa yang melandasi kalian menuruti permintaan mereka?”
“Ibunda
kami lagi sakit keras di kerajaan. Menurut ayahanda kami, ibu kami
hanya bisa sembuh dengan meminum air B.U yang terdapat di puncak topas.
Ketika kami dalam perjalanan menuju ke topas, kami dihadang oleh
penyihir berjubah merah dan berjubah hitam tersebut. Kami tak akan
diizinkan mereka untuk melewati jalan tersebut sebelum kami bisa membawa
burung beo bersayap emas tersebut kepada mereka. Jadi, bisakah kamu
membantu kami dengan menyerahkan burung beo bersayap emas itu?”
“Emm (berfikir), aku bisa membantu kalian asalkan kalian juga mau membantuku”
“Apa? Sebutkan saja..”
“Di
balik semak belukar yang ada di sana, terdapat sebuah pohon apel besar.
Guncang-guncangkan batang pohon tersebut, dan kemudian bawalah beberapa
buah apel kemari. Namun kalian harus hati-hati, karena pohon apel besar
itu dijaga oleh tiga orang penyihir jahat yang bernama An Nisa, Tiara
Senja, dan Siska Mustika yang tinggal di sebuah gubuk yang ada di
sebelah pohon itu tumbuh. Jangan sampai kalian membuat mereka bangun,
karena jika hal itu terjadi maka kalian akan celaka. Jika kalian bisa
membawa beberapa apel tersebut, maka aku akan menyerahkan burung beo ini
kepada kalian,” jelas si penyihir itu.
Kedelapan pangeran itu pun
lalu menjalankan semua instruksi yang di arahkan oleh si penyihir itu,
dan akhirnya berhasil. Mereka bisa membawa beberapa buah apel kepada si
penyihir itu serta tidak sedikit pun mengganggu ketiga penyihir jahat
tersebut. Dan si penyihir pun menepati janjinya.
Kedelapan
pangeran itu pun lalu melanjutkan perjalanannya. Ketika kedelapan
pangeran tiba di sebuah danau yang sangat luas, mereka pun lalu berniat
untuk beristirahat di sebuah pohon yang sangat besar yang ada di dekat
danau tersebut. Selang beberapa menit mereka beristirahat, terdengar
sebuah teriakan meminta tolong dari dalam danau tersebut.
“Tolongggg … Tolonggggg…!!!”
Tanpa
banyak berfikir, kedelapan pangeran tersebut lalu menyeburkan diri
mereka ke dalam danau yang cukup dalam tersebut untuk mencoba mencari
arah suara tersebut. Dan benarlah, ada seorang gadis bernama Nurfadila
yang tenggelam di dalam danau tersebut. Kedelapan pangeran itu pun lalu
mencoba untuk mengeluarkan gadis tersebut.
“Tolong saya… Tolong sayaa …!!” ucap gadis itu lirih.
“Apa yang sebenarnya terjadi sama kamu ?” Tanya salah satu pangeran.
“Tadi
saya dan keluarga saya sedang berjalan-jalan di dekat danau ini.
Kemudian, ada seorang penyihir yang sangat jahat yang bernama Antonni
Saputra datang dan menculik kedua orang tua saya yang bernama Siti Agni
Anggraeni dan Jordy Chandra, serta kedua kakak perempuan saya yang
bernama Abidah Naqiya dan Hanifa Aina Yuswil. Tadinya saya ingin
melarikan diri, namun tubuh saya didorong oleh penyihir jahat itu hingga
jatuh ke dalam danau ini. Tolong saya untuk menemukan mereka,” pinta
gadis itu.
“Baiklah, kami akan menolong kamu. Tapi apakah kamu tahu kemana penyihir jahat itu membawa mereka pergi?”
“Saya
tahu. Keluarga saya pasti dibawanya ke sebuah gubuk tua yang ada di
sebelah utara hutan ini. Dan di gubuk itu juga tinggal kedua istri dari
penyihir jahat itu yang bernama Yulia Christina dan Yessy Monica
Margareta. Saya takut keluarga saya dijadikan budak dirumahnya,”
“Baiklah kalau begitu, mari kita pergi kesana,” ajak salah satu pangeran dan diiyakan oleh yang lainnya.
Akhirnya,
kedelapan pangeran dan gadis itu pergi untuk menyelamatkan keluarga
dari gadis tersebut. Dan akhirnya mereka pun bisa menyelamatkan keluarga
gadis tersebut.
“Terima kasih karena telah menyelamatkan kami.
Ngomong-ngomong hendak kemana pergi pangeran-pangeran ini?” Tanya ayah
dari gadis tersebut.
“Kami ingin mencari air B.U yang ada di puncak topas tersebut untuk ibunda kami yang sedang sakit keras di istana,”
“Ohh..
Saya tahu jalan menuju ke puncak topas tersebut. Namun, untuk mencapai
ke puncak topas tersebut tidaklah mudah, karena air B.U tersebut dijaga
oleh tujuh orang penyihir yang sangat jahat yang bernama Yulia Andini,
Nanditha Bariski, Indah Puspita, Yenni Eka Damayanti, Izzah Afiefah,
Widya Srilestari, dan Annisa. Dan ketahuilah, sebenarnya air B.U itu
mengalir dari tujuh sumber mata air yang berbeda-beda. Dulunya, topas
adalah sebuah istana mungil yang berada di tengah hutan berantara ini.
Istana itu diperuntukkan untuk ketujuh bidadari yang bernama Rosita,
Susilawati, Tiara Rani, Agnes Monica, Echa Septiarini, Yang Zafirah
Yuliani, dan Sahniz Fiera Fadhilla setelah ditinggal wafat kedua
orangtuanya. Namun sungguh malangnya nasib ketujuh bidadari tersebut
karena satu-satunya peninggalan orang tua mereka dicuri oleh seorang
penyihir jahat, ibu dari para gadis pemintal benang yang menyebabkan
mereka tak henti-hentinya menangis. Untuk mencapai puncak topas
tersebut, ikuti aliran danau ini dan nantinya kalian akan menemukan
sebuah pintu yang sangat besar, dan itulah jalan satu-satunya menuju
puncak topas.” Ucap ayah dari gadis tersebut.
“Baiklah, terima kasih pak..” ucap salah satu pangeran.
Kedelapan
pangeran tersebut pun lalu berjalan mengikuti aliran danau ini dan
benarlah akhirnya mereka menemukan sebuah pintu yang sangat besar. Namun
tiba-tiba, si penyihir berjubah merah dan berjubah hitam muncul dan
menagih burung beo bersayap emas kepada kedelapan pangeran tersebut.
“Hai pangeran, mana burung beo bersayap emas yang kalian janjikan kepada kami?” kata penyihir berjubah hitam.
“Baiklah,
kami akan menyerahkan burung beo emas ini kepada kalian. Namun, bisakah
kalian membantu kami untuk membukakan pintu ini?” Tanya salah satu
pangeran.
“Kami akan membukakan pintu ini asalkan kalian mau menyerahkan burung beo itu kepada kami,” kata si penyihir berjubah merah.
“Baiklah,
kami akan menyerahkan burung beo ini setelah kami berhasil mengambil
ketujuh mata air yang ada di puncak topas itu, dan di dalam sana ada
tujuh orang penyihir yang sangat jahat. Bisakah kalian membantu kami
untuk memusnahkan mereka?”
Kedua penyihir itu pun setuju dan
akhirnya si penyihir berjubah merah membacakan sebuah mantra dan
terbukalah pintu besar itu. Lalu kedelapan pangeran masuk ke dalamnya.
Tujuh dari delapan pangeran tersebut berjalan ke arah tujuh sumber mata
air dan mengambil sedikit air B.U nya.
Namun tiba-tiba setelah
ketujuh pangeran tersebut mengambil air B.U tersebut, air B.U tersebut
menjadi kering dan burung beo yang berada di tangan salah satu pangeran
berubah menjadi seorang bidadari cantik yang mengenakan pakaian berbalut
emas. Bidadari tersebut bernama Melly Siara. Dan tiba-tiba ketujuh
sumber mata air tersebut berubah menjadi sebuah istana yang sangat
mungil. Ternyata itu adalah istana topas.
“Istana topas dulunya
adalah sebuah istana yang sangat indah dan makmur. Istana tersebut
diperintah oleh seorang raja yang bernama Azhari Rachman bersama
istrinya Ratu Elen Peroza dan anak mereka yang sangat cantik jelita yang
selalu mengenakan pakaian berbalut dasar emas. Namun sayang, suatu hari
kerajaan topas diserang oleh seorang penyihir jahat dan ketujuh anaknya
yang merupakan wanita-wanita pemintal benang. Putri dari sang raja dan
ratu akhirnya dikutuk menjadi seekor burung beo yang bersayap emas.
Sedangkan raja dan ratu dikutuk menjadi seseorang yang lumpuh. Ketika
raja dan ratu dikaruniani oleh-Nya tujuh anak lagi, mereka meninggal
dunia dan mereka menyerahkan burung beo tersebut kepada ketujuh
puterinya. Namun sayang, burung beo itu dicuri oleh si penyihir jahat,
ibu dari ketujuh wanita pemintal benang tersebut. Ketika burung beo itu
dicuri, ketujuh putri raja menangis. Dan dari air mata mereka itu
akhirnya menjadikan tujuh buah sumber mata air dan sekarang dikenal
sebagai air B.U yang dapat menyembuhkan segala macam penyakit. Aku dan
si jubah hitam lalu menyihir tempat ini dan menyembunyikan istana topas
tersebut dan menyuruh tujuh anak buah kami untuk menjaga ketujuh air B.U
itu. Dan ketika burung beo itu telah kembali ke sini, maka segala sihir
itu telah musnah,” ucap si penyihir berjubah merah.
Kedelapan
pangeran pun akhirnya mengerti mengapa si penyihir berjubah merah dan
berjubah hitam menyuruh mereka untuk mencuri burung beo bersayap emas
itu di rumah si penyihir jahat tersebut.
“Terima kasih karena
kalian telah menolongku dan istanaku. Sebagai imbalannya terimalah ini
(menyerahkan sebuah cermin). Ini adalah sebuah cermin ajaib. Jika kalian
ingin mengetahui tentang sesuatu, maka bertanyalah kepada cermin ini.
Maka, cermin ini akan mengungkapkan kebenarannya,” kata si bidadari itu.
Salah satu dari kedelapan pangeran itu pun lalu mengambil cermin tersebut.
“Wahai
cermin, tunjukkanlah kepada kami semua penyakit apa yang diderita
ibunda kami dan apa penyebab penyakitnya itu?” kata salah satu pangeran.
Tiba-tiba
dari balik cermin itu menjelaskan bahwa ibunda dari kedelapan pangeran
itu diracuni oleh paman dan bibi mereka sendiri. Paman dan bibinya
sengaja meracuni ibunda dari kedelapan pangeran itu karena ibunda dari
pangeran itu telah mengetahui niat busuk dari paman dan bibi mereka yang
ingin menguasai seluruh harta kerajaan Kadabra.
Betapa terkejutnya kedelapan pangeran itu setelah mengetahui semua kebenarannya.
“Bisakah
kalian mengembalikan kami ke istana sekarang juga?” Tanya salah satu
pangeran kepada si penyihir berjubah merah dan hitam.
“Baiklah,” kata si penyihir berjubah merah dan hitam.
Dalam
sekejab mata, kedelapan pangeran tersebut telah berada di samping
ibunda mereka yang sedang terbaring lemah di atas ranjang. Kemudian,
salah satu pangeran langsung memencritkan air B.U tersebut ke tubuh
ibunda mereka dan dalam hitungan detik ibunda mereka telah sembuh dengan
maksimal. Kemudian kedelapan pangeran itu menceritakan semua kebusukan
paman dan bibi mereka kepada ayahanda mereka.
Lalu, paman dan bibi
mereka dimasukkan ke dalam penjara bawah tanah yang ada di kerajaan
Kadabra. Dan akhirnya, kerajaan Kadabra hidup bahagia selamanya.
_The End_